
Satu hal yang membuatku ingin menuliskan hal ini ketika aku memiliki nafsu untuk mengerjakanya. Nafsu tak pernah lepas dalam diriku, aku sama sekali tak pernah berharap untuk melakukan ini. tapi nafsu, dia terus mendorongku untuk melakukanya.sungguh sangat sulit sekali menghilangkanya aku merasa tertekan sekali oleh nafsu ini. Sepertinya, nafsu akan terus ada dalam diriku untuk selama lamanya. Entah kenapa nafsu ini selalu ada dalam diriku aku tak pernah mengharapkan nafsu itu datang, aku hanya mencoba mengerjakan segala perbuatanku ini dengan baik dan berjalan dengan lancar. Tapi nafsu, dia terus menerus tanpa henti mengendalikan diriku ketika kondisiku sedang lemah, dia terus menerus memaksaku dengan penuh rasa ingin untuk melakukanya. sudah berapa kali aku bilang pada nafsu kalau aku tak ingin melakukan apa yang ia inginkan tapi sulit rasanya. dia terus menenggelamkanku pada dunia tak terkendali aku ingin lepas darinya tapi rasanya itu mustahil, aku mencoba segala cara untuk menghentikan nafsu dalam diriku tapi kenapa aku selalu gagal menghentikanya sampai suatu saat aku terus diperbudak oleh nafsu aku terus melakukan apa yang ia ingin lakukan dia meneggelamkanku sungai emosi, aku takut padanya dia datang tiba tiba sambil meloncat dan menikam ku dari belakang sampai ku tak bisa berbuat apa apa untuk melakukanya dan dia langsung mengendaliakan seluruh tubuhku untuk mengikuti kekauanya, Aku terbaring diam dan ketakutan ketika dia telah berhasil mengendalikanku dan aku tergelatak dalam hamparan dingin emosi, sampai suatu saat dia bilang padaku
“ hei fachrul aku tak pernah menginginkan mu untuk melakukan ini, ini salah mu sendiri kenapa kau meminta bantuan kepadaku untuk melakukan ini, aku tak pernah berfikir aku ingin melakukan ini, tapi ini keinginanmu sendiri, tapi kau malah menyalah kanku akan hal ini, kau malah menuduhku sebagai biang kerok dari perbuatanmu ini, kau bilang padaku kalau kau benci aku tapi seharusnya aku yang bilang benci padamu karna kaulalh yang membuatku ada, aku selalu tak ingin menuruti perintah mu tapi kau terus menerus mendorongku untuk datang dan mengikuti kemauanmu ini, ketika kau lemah dengan emosi mu itu kau mendorongku dengan penuh tenaga dan memaksaku untuk melakuknya, dan aku tak bisa apa apa selain mengikuti kemauan mu itu, tapi kau! Malah menyalahkanku karma perlakuan ku ini, jelas jelas aku hanya di perbudak olehmu, kau lah yang mengatur ku, bukan aku! Akulah yang seharusnya benci padamu.”
Tergelatak, aku kemudian bangun dengan emosi dingin ku ini, aku mulai memandangi diri ku di sebuah cermin kecil dan aku mulai memikirkan dan mencoba merenungi kesalahanku selama ini.